Bangsa Ini Milik Siapa ???

Kemelut masalah seakan tak pernah lepas dari bangsa besar yang memiliki potensi besar di kancah dunia, Indonesia. Ya, kata “Indonesia” seakan menjadi kata yang biasa untuk disebut oleh siapapun. Namun sebagai penghuni sekaligus berstatuskan negarawan Indonesia, layakkah kita untuk meremehkannya ?

Pulau yang membentang luas daru Sabang sampai Merauke, laut biru nan bersih dengan hiasan ikan-ikan dengan warna indah melengkapkan hamparan gunung yang memberikan kedamaian saat mata menikmatinya. Apakah semua itu hanya khayalan belaka ? Atau hanya milik sekelompok orang saja sehingga orang-orang bawahan harus “tertatih-tatih”  untuk merasakan kedamaian itu? Mengapa ?

Detikkan waktu seakan menjadi saksi bisu terhadap segala hal yang telah dilalui bangsa ini. Apapun yang terjadi waktu akan terus berputar sampai pada kehendak-Nya. Namun, sudahkah hal-hal yang membangun terjadi di bangsa ini? Adakah sebenarnya titik terang terhadap pergolakan yang terjadi? Sampai kapan pelaku penghisap darah memuaskan nafsunya dengan menghisap darah orang-orang yang berwarna kulit  sama dengannya? Kapan ?!

Kedudukan dan harta seakan menjadi polesan yang cukup untuk “ditakuti” dalam bangsa ini. Penjualan nama seakan dapat menggaransikan segala sesuatunya walaupun harus nyawa yang menjadi taruhannya. Tak perlu jauh melangkah, berita terakhir yang masih hangat terdengar oleh telinga kita. Masalah yang melibatkan anak bungsu Menteri Perekonomian, Rasyid Rajasa seakan mengambang dengan sejuta pertanyaan yang  jawabannya ialah konsumsi pribadi.

Kabar terakhir (11/1), putra bungsu Menteri Perekonomian itu sudah dipulangkan ke rumah orang tuanya. “Tersangka Rasyid tidak ditahan karena pihak keluarga sebagai penjaminnya” ujar Kombes Rikwanto. Apabila ditelaah kembali ujaran Kombes Rikwanto tersebut kasus yang tak jauh beda menimpa tersangka Afriani pun sempat dijamin keluarganya. Namun, Ditlantas Polda Metro Jaya tetap saja menahan Afriani bersama tiga rekannya.

Sungguh ironis sekali melihat potret yang terjadi dimana pihak Kepolisian memberikan perilaku yang khusus terhadap keluarga tersebut. Apa sebenarnya yang sedang terjadi ? Benarkah kekayaan bangsa ini serta kebebasan untuk bernafas hanya bagi mereka yang berkuasa? Dapatkah sebuah bangsa bertumbuh dengan tanpa penghuni? Siapakah aktor dibalik kekacauan ini, diri sendiri atau orang asing ???

Tak dapat dipungkiri dan ditutupi lagi. Semuanya terjadi tepat di depan kita. Bentang jarak sangat jelas terjadi antara si kaya dan si miskin. Deraian air mata yang tak dapat dibendung harus terjadi di kala kondisi “miskin hati” terjadi pada bangsa ini. Tak ada yang abadi, sebab luka eksternal dapat langsung ditangani namun sedikit goresan bagian internal memerlukan pembedahan dalam menanganinya.

Majulah Indonesiaku, perubahan ada di tanganmu.